Jumat, 24 April 2015
Meeting point telah ditetapkan di Kodim Terminal Kp. Rambutan oleh teman-teman yang mengurus acara ini, dan gw sempet khawaatir karena gw ga pernah kesana dan bakalan kesana sendirian. Jam 19.10 gw udah keluar dari kosan buat nunggu bus trayek Kalideres - Kp. Rambutan, karena stelah beberapa menit itu bus ga nongol-nongol maka gw memutuskan ke Grogol karena gw pernah liat ini bus ngetem disana. Dan ternyata bener aja ada busnya disana dan mereka baru jalan jam 19.32. Naik bus kaya gini harus penuh kesabaran karena leletoz banget jalannya buat nyari penumpang. Masa udah setengah jam baru nyampe depan TA coba. Tapi syukurlah gw ga telat sampe ke Kp. Rambutan hehehe. Disana gw bertemu teman-teman yang lain, berkenalan, dan akhirnya naik bus jurusan Garut pukul 22.30. Busnya kelas ekonomi AC, cukup nyaman menurut gw, tapi sayangnya banyak pencopet yang beraksi di dalam bus ini.
Sabtu, 25 April 2015
Setelah perjalanan selama 4 jam akhirnya kami sampai di Terminal Guntur, Garut. Pas kami sampai udah ada juga beberapa orang yang sampai dengan membawa keril besar yang menunjukan bahwa mereka akan trekking ke gunung juga, entah itu Papandayan, Guntur, ataupun Cikuray yang ketiganya berada di Garut. Sesampainya di Terminal Guntur kami tidak langsung berangkat karena menurut pengalaman kalau pagi-pagi di Papandayan tuh dinginnya zuperrr, jadinya nunggu sampai jam 5.00 baru berangkat ke Desa Cisarupan untuk belanja logistik, sarapan, dan persiapan trekking.
Sekitar pukul 8.00 kami sudah sampai di Camp David, titik awal untuk melangkahkan kaki naik ke Gunung Papandayan. Mulai dari sana kami sudah disambut hujan gerimis sehingga harus memakai jas hujan untuk melindungi tubuh dan barang-barang bawaan kami. Tanah menjadi lembek dan kaki harus berpijak pada tanah yang pas agar tidak terpeleset. Trek yang dikatakan mudah oleh orang-orang yang pernah mendaki ke gunung ini menjadi sangat sulit dan harus ekstra hati-hati. Setelah beberapa jam akhirnya kami sampai di Pondok Salada, mendirikan tenda, dan mulai memasak untuk makan siang.
Kalau ada pelang di jalan, bolehlah kita numpang foto |
Tenda para wanita, didirikan diatas tanah becek :'( |
Sorenya kami berencana ke Tegal Alun yang berupa padang bunga Edelweiss atau ke Hutan Mati. Namun rencana tersebut harus kami urungkan karena waktu dan cuaca yang kurang mendukung. Jadinya yahh sesi foto-foto lagi deh sekitaran tenda hahaha..
Makan malam agak heboh karena sudah gelap, turun kabut, dan cuaca dinginnya minta ampun. Ngomongnya selain keluar asep juga menggigil bro! Ga tau deh suhu disana kisaran berapa, 5 drajat celsius ada kali ya. Brrr.. Dan spotlight dari makan malam ini adalah ikan asin yang dibawa Bang Yadi. Ikannya cuma ada 3, orangnya ada 12, jadi masing-masing cuma dapet jatah 1/4 ikan kata Bang Aam. Rebutan deh tuh karena suek banget kalo dapet bagian kepala atau ekor hahaha..
Abis makan, ya udah deh kami siap-siap untuk tidur karena bintangnya sama sekali ga keliatan gara-gara ketutupan kabut. Rasanya sedih, karena itu salah satu tujuan gw naik gunung dan bawa tripod kesana. Mungkin gw diajak bersabar untuk menikmati pemandangan tersebut agar lebih bisa bersyukur hehe..
Minggu, 26 April 2015
Pagi-pagi jam 4.30 beberapa orang udah pergi ke toilet, dan saat itu aja udah ada antrian panjang katanya. Sungguh luar biasa kepopuleran toilet di Papandayan ini. Bangun, foto-foto lagi sekitaran tenda, ga bosen-bosen bernarsis ria pokoknya.
Agak siangan jam 9.00 gitu kami pergi ke Hutan Mati. Jalan kesana becek dan harus melewati hutan-hutan juga. Tapi setelah sampai kami semua takjub akan pesonanya. Ga sia-sia kemarin trekking hujan-hujanan, semalem kedinginan setengah mati, dan melewati lumpur-lumpur untuk menuju kesana. Pemandangannya luarrr biasa dimana kita bisa melihat kawah gunung Papandayan, gunung-gunung lain yang berada di garut, serta pohon-pohon saksi bisu meletusnya gunung Papandayan itu sendiri.
Berpose depan danau kecil di puncak hutan mati |
Perjalanan kali ini sungguh petualangan yang tidak dapat dilupakan dan mengajarkan banyak hal pada hidup gw. Kebersamaan, perjuangan mencapai puncak, indahnya pemandangan diatas sana, dll. Semoga bisa kembali lagi ke Papandayan ketika Edelweiss bermekaran :)
0 comments:
Post a Comment